Friday 21 December 2018

Pemerintah Indonesia Ingin Targetkan Peningkatakan Produktivitas Tenaga Kerja

Pemerintah Indonesia Ingin Targetkan Peningkatakan Produktivitas Tenaga Kerja
Pemerintah Indonesia memprioritaskan agenda peningkatan produktivitas kerja karena ini merupakan indikator penting dalam pembangunan nasional.
"Hal ini tercermin dari masuknya program peningkatan produktivitas di Nawacita yang dipromosikan pemerintah pada 2014-2019," kata Direktur Jenderal Pengembangan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kementerian Tenaga Kerja Bambang Satrio Lelono di acara tersebut. ", di Jakarta, Kamis 20-12-2018.

Pemerintah Indonesia Ingin Memprioritaskan Agenda Targetkan Peningkatakan Produktivitas Tenaga Kerja Dalam Pembangunan Nasional

Menurut Bambang, sebagai salah satu agenda utama pemerintah, pengukuran produktivitas merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk melihat efisiensi proses produksi dalam menghasilkan output.

"Pengukuran dilakukan dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan input yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor input dalam proses produksi bisa dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja, mesin, metode, dan modal," katanya.
Bambang mengungkapkan bahwa pihaknya (Direktorat Pengembangan Produktivitas) bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik telah mengukur produktivitas parsial dengan melibatkan salah satu faktor input yaitu tenaga kerja. Sebagian karena terbatasnya data yang tersedia.

Direktur Jenderal Binalattas berharap bahwa pengukuran tingkat produktivitas tenaga kerja dapat menghasilkan gambaran kondisi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan dapat melihat kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Jika kontribusi tenaga kerja untuk pertumbuhan ekonomi rendah, perbaikan dan inovasi di bidang tenaga kerja diperlukan," katanya.
Pemerintah Indonesia Ingin Targetkan Peningkatakan Produktivitas Tenaga Kerja
Bambang Satrio Lelono juga berharap bahwa Buku Hasil Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja 2018 dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dan rencana untuk program pembangunan di tingkat Nasional, Regional dan Sektoral sehingga ditargetkan dan tepat sasaran.

"Terutama di bidang ketenagakerjaan di era digitalisasi 4.0," kata Satrio.

Menurut laporan World Economic Forum (WEF), indeks daya saing global Indonesia pada tahun 2018 naik menjadi peringkat ke-45 dari peringkat ke-47. Peningkatan daya saing diukur dengan 12 pilar, yaitu kualitas lembaga, infrastruktur, kondisi makro ekonomi, layanan pendidikan dasar dan kesehatan, pelatihan dan pendidikan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, penerapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi.

"Langkah-langkah ini dapat ditingkatkan dan ditingkatkan jika kita peduli tentang peningkatan produktivitas. Baik di lembaga pemerintah, di dunia bisnis, di dunia pendidikan / profesi dan di masyarakat," kata Satrio.

Selain itu, selama 2011-2017 produktivitas tenaga kerja di Indonesia terus meningkat. Pada 2017, produktivitas tenaga kerja di Indonesia tumbuh 2,89 persen, lebih cepat dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,85 persen.

"Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia semakin membaik," jelas Satrio.

Demikian juga pola produktivitas jam kerja meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2017, produktivitas jam kerja nasional sebesar Rp39.355,00 per jam per tenaga kerja, meningkat dari 2016, yaitu dari Rp38.177,00 per jam per tenaga kerja.

"Peningkatan ini menunjukkan efisiensi penggunaan jam kerja oleh tenaga kerja yang semakin baik," katanya.

Meskipun daya saing Indonesia secara global meningkat, di tingkat ASEAN Indonesia masih kalah dengan negara-negara ASEAN lainnya. Daya saing Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia hanya lebih unggul dari Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja dan Laos.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Blog Archive

Support