Thursday 29 November 2018

Dolar Amerika Melemah Rupiah Pimpin Penguatan Terhadap Hampir Seluruh Mata Uang

Dolar Terus Berada di Garis Merah Rupiah Menguat Terhadap Semua Mata Uang

Rupiah menjadi mata uang terkuat di Asia terhadap dolar AS sejak 1 November 2018 ini. Selama 9 hari diperdagangkan, kurs rupiah terhadap dolar AS  rata-rata terapresiasi sebesar -0.57%. Faktor eksternal yakni kondisi ekonomi-politik AS dan stabilitas ekonomi domestik ditengarai menjadi penyebab penguatan rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Pasalnya, tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF). 

Kembali Menguat Terhadap Dolar Rupiah Menjadi Mata Uang Terkuat di Seluruh Mata Uang Dunia

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.  

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia. 

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan sepanjang tahun 2018 nilai tukar rupiah jatuh bangun terhadap dolar AS.

"Meskipun masih mendapat tekanan depresiasi nilai tukar rupiah relatif terjaga di tahun 2018 dan pada akhir-akhir ini menguat," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di JCC, Jakarta Selatan.

Perry menyebut, stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih aman.
"Pada tahun 2019 Mendatang  kami perkirakan pergerakan rupiah akan bergerak stabil sesuai mekanisme pasar," ujar Perry

Rupiah pagi ini menguat cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dolar AS pagi ini berada di Rp 14.350.

Mengutip data perdagangan RTI, Kamis (29/11), dolar AS sudah melemah sebanyak 174 poin ke Rp 14.350 dari posisi sebelumnya di Rp 14.524.

Selain terhadap dolar AS, rupiah juga terpantau menguat terhadap seluruh mata uang: 

-  Terhadap dolar Australia, rupiah menekan dolar Australia sebesar 133 poin dari Rp 10.616/AU$ ke      Rp 10.483/AU$. 
-  Rupiah juga menekan Yuan China sebesar 20 poin dari Rp 2.088/Yuan menjadi Rp 2.068/Yuan.
-  Rupiah paling perkasa melawan Poundsterling sebesar 213 poin dari Rp 18.624/Pound menjadi Rp      18.411/Pound.
-  Dolar Singapura pun mendapat tekanan yang sama dari rupiah. Rupiah menekan SG$ sebesar 118        poin dari Rp 10.579/SG$ menjadi Rp 10.461/SG$.

Dalam beberapa pekan terakhir, kurs dolar melemah terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah. Penurunan Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI) --indeks manajer pembelian sektor manufaktur-- menjadi salah satu penyebab pelemahan dolar. PMI adalah indikator yang mengukur perkembangan sektor industri yang dihasilkan dari survei terhadap setiap manajer pembelian sebuah perusahaan.

Indeks PMI dianggap investor sebagai leading indicator bagi keadaan perekonomian, karena dapat gambaran mengenai hasil penjualan, upah, persediaan barang, dan tingkat harga. Tinggi-rendahnya PMI sangat berpengaruh pada kenaikan nilai mata uang lokal. Jika PMI suatu negara naik, maka mata uang negara tersebut akan menguat dan sebaliknya.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Blog Archive

Support